kata mutiara habib ali al jufri
Katakata bijak Islami tentang kehidupan sehari-hari. Kata-kata bijak Islami tentang kehidupan sehari-hari. untuk membalas orang yang menyakitimu, kewajibanmu hanyalah bersabar. Karena sabar merupakan adabmu kepada Allah SWT." -Al Habib Ali Al Jufri. Advertisement. 5 dari 5 halaman. Kata-Kata Bijak Islami Tentang Kehidupan IV. 61. "Satu
PecintaRasululah SAW yang suka Matematika. Idolaku Rasulullah. Pages
Keindahanakhlak habib ali al-jufri terhadap anak kecil 殺殺殺
3 Menjaga hati sama pentingnya dengan menjaga lisan. Sebab jika seseorang hatinya baik, maka akan keluar dari lisannya perkataan yang baik. Lisan mencerminkan kebersihan hati seseorang. - Habib Ali Zaenal Abidin Bin Abdurrahman Al-Jufri 4. Aku memang nggak tau apa yang kamu hadapi, begitu juga sebaliknya.
Dalamperjalanan kurang lebih 2 bulan lamanya, Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, singgah dibeberapa tempat ketika sedang perjalanan, perahu tersebut beserta rombongannya dihantam badai dan ombak yang disertai hujan yang sangat deras, sehingga semua perbekalan yang ada didalam perahu terhambur dan terlempar semua, adapun yang tersisa hanyalah beras yang tercecer beberapa liter saja, dan alat
Rencontre Femme Marocaine En France Gratuit. Jika mendengar sebutan Maulid Simthud Durar, maka yang tergambar adalah bacaan yang di dalamnya selalu dimulai dengan bacaan “Yâ Rabbi shalli”. Iya, maulid ini memang diawali bacaan itu. Simthud Durar dibaca tak hanya oleh umat Islam di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia. Umumnya, ia dibaca pada Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad. Itulah momentum tepat untuk menghormati Rasulullah melalui cerita-cerita keteladanan dalam Simthud Durar tentang kepribadian, kemuliaan, dan keagungan Nabi Muhammad ﷺ. Biografi Singkat Penyusun Simthud Durar Maulid Simthud Durar cukup masyhur bagi kaum Muslimin di Indonesia. Hal itu tidak lepas dari penyusunnya yang sangat alim dan sangat besar kecintaannya kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Ia adalah Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi. Sang penulis lahir pada hari Jumat, 24 Syawal 1259 H 17 November 1843 M di kota Qasam, sebuah kota di negeri Hadramaut, Yaman, dan wafat di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H 6 Maret 1915 M. Sejak masih kecil, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi sudah dikenal sebagai pecinta Al-Qur’an dan memiliki rasa cinta yang sangat besar kepada Rasulullah. Sayyidil Habib Ali al-Mantsur, dalam kitab Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah berkisah, saat masih sangat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai berbagai disiplin ilmu, sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya, yaitu Al-Arif billah Habib Muhammad bin Husin bin Abdullah al-Habsyi dan ibundanya, Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salehah yang sangat bijaksana. Tidak hanya kepada kedua orang tuanya, Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi juga belajar pada ulama yang lain di Hadhramaut saat itu. Setelah Habib Ali al-Habsyi sudah dewasa, dan sudah menguasai berbagai disiplin ilmu, guru-gurunya memberikan izin untuk menyampaikan dan menyebarluaskan ilmu yang dimilikinya. Ia mulai menjadi pendakwah dan mengisi pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat, Habib Ali menjadi pusat perhatian dan kekaguman, serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majelis ilmu, lembaga pendidikan, serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu. Lihat, Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah, h. 41. Banyak orang yang mencatat penyampaian Habib Ali ketika berdakwah sehingga berbuah karya, di antaranya adalah Al-La’its Tsamaniah, yaitu himpunan kalam hikmah dari Habib Ali al-Habsyi yang ditulis oleh Habib Anis bin Alawi. Tidak hanya itu, Habib Ali juga memiliki banyak karya yang sampai saat ini masih dibaca oleh umat Islam. Di antara karangannya yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, ialah Simthud Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat, dan Riwayat Hidupnya. Penyusunan Maulid Simthud Durar tidak memiliki latar belakang secara khusus. Namun secara eksplisit, Habib Ali Al-Habsyi mengungkap niatnya yang lurus dan meyakini kehadiran Rasulullah di tempat-tempat dibacakannya maulid ini. Beliau mengatakan المَوْلِدُ أَنَا أَلَّفْتُهُ عَلَى نِيَةٍ صَالِحَةٍ، فَتْحٍ جَدِيْدٍ، وَلَا شَكَّ أَنَّ رُوْحَهُ ﷺ تَحْضُرُ عِنْدَ قِرَائَتِهِ Artinya, “Maulid Simthud Durar yang saya susun ini atas dasar niat yang benar, media yang baru, dan tidak diragukan kembali bahwa sungguh ruh Rasulullah akan hadir saat membacanya.” Lihat, Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah, h. 42. Komentar Ulama tentang Simthud Durar Maulid Simthud Durar mendapat banyak pujian dari para ulama lantara kandungan maknanya, salah satunya dari penulis kitab Syarah Simthid Durar. إِنَّ مَوْلِدَكُمْ العَظِيْمَ سمط الدرر بَرَزٌ لِلْمُتَأَخِّرِيْنَ، وَفِيْهِ الْأَوْصَافُ الْعَظِيْمَةُ وَالْأَخْلَاقُ الْكَرِيْمَةُ، أَظُنُّهَا خُصُوْصِيَاتٍ أُخْتُصَّ بِهَا الْمُتَأَخِّرُوْنَ Artinya, “Sungguh maulidmu yang agung ini Simthud Durar menonjol untuk orang-orang akhir zaman, di dalamnya terdapat penjelasan sifat-sifat Rasulullah yang agung, dan akhlak yang mulia. Saya mengira bahwa Simthud Durar merupakan kekhususan yang hanya dikhususkan untuk masyarakat era belakangan ini” Sayyid Ahmad bin Ali bin Alawi al-Habsyi, Syarah Simthid Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar, h. 390. Tidak hanya itu, menurut Habib Ali, Simthud Durar laksana hujan yang tidak diketahui di bagian mana letak keberkahannya. Begitu juga dengannya, semua bacaan sejak awal, tengah, dan akhir tidak bisa dibedakan, semuanya memiliki nilai kemuliaan yang besar. Oleh karenanya, bacaan-bacaan yang ada di dalamnya tidak bisa ditentukan di bagian mana letak kemuliaan dan keagungan serta berkahnya. Teks lengkap Simthud Durar dan bacaan-bacaan Maulid lainnya bisa diakses di NU Online Super App Android dan iOS. Instal sekarang! Maulid Simthud Durar ditulis dua tahun sebelum Habib Ali wafat. Tepatnya pada tahun 1330 H 1912 M. Setelah semuanya rampung, kemudian dibacakan dalam rumahnya bersama para habaib yang lain. Setelah pembacaan itu selesai, Habib Ali al-Mantsur berkata وَلَمَّا قُرِئَ الْمَوْلِدُ بِبَيْتِهِ سَنَةَ ألف وثلاثمئة وثلاثون هــ. قَالَ رَضِي الله عَنْهُ المَوْلِدُ كَأَنْ عَادَ نَحْنُ الا سَمِعْنَاهُ، عَلَيْهِ نُوْرٌ عَظِيْمٌ، وَكُلُّ عِبَارَةٍ صِفَةٌ مَلَانَةٌ بِتَعْظِيْمِهِ ﷺ Artinya, “Setelah maulid Simthud Durar dibaca di rumahnya, tahun 1330 H, Habib Ali al-Mantsur berkata Maulid Simthud Durar seperti mengembalikan kita semua pada zaman Rasulullah, maka dengarkanlah, di dalamnya terdapat cahaya yang mulia, dalam setiap ungkapan terdapat sifat yang sangat condong mengagungkan Rasulullah.” Sayyid Ahmad bin Ali bin Alawi al-Habsyi, Syarah Simthud Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar, halaman 391. Menurut Habib Ali al-Masntsur, dengan menghayati makna dan kandungan yang ada dalam Maulid Simthud Durar, pembaca dan orang-orang yang mendengarkannya bisa seolah ada pada zaman Rasulullah, dan menyaksikan langsung bagaimana cara Rasulullah bersikap, bagaimana cara Rasulullah bersabar ketika ditimpa ujian, bagaimana teladan Rasulullah, sifatnya yang mulia, dan akhlaknya yang agung. Timbulnya penghayatan sebagaimana penjelasan di atas, tidak lepas dari cara penyusunannya yang sangat rinci dan detail. Maulid Simthud Durar tak ubahnya seperti sejarah dan sirah nabawiyah lainnya, kecuali bentuk penyampaiannya saja. Habib Ali Al-Habsyi menyampaikan dengan ungkapan yang sangat syahdu, dengan cara yang sangat sistematis dan praktis. Keutamaan Simthud Durar yang lain juga disebutkan dalam kitab At-Ta’rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, dengan mengutip pesan penyusun perihal keutamaan membacanya, yaitu مَوْلِدِي هٰذَا أَشْوَفُ أَنَّهُ لَوْ دَاوَمَ الوَاحِدُ عَلَى قِرَائَتِهِ وَحِفْظِهِ وَجَعَلَهُ مِنْ أَوْرَادِهِ، أَنَّهُ يَظْهَرُهُ لَهُ شَيْءٌ مِنْ سِرِّهِ ﷺ Artinya, “Maulidku ini Simthud Durar sangat bermanfaat. Bahwa sesungguhnya, barang siapa yang tekun membacanya, menghafalnya, dan menjadikannya sebagai wirid, maka sungguh akan ditampakkan kepadanya rahasia sir Rasulullah ﷺ. Ada keutamaan lain dengan membaca Simthud Durar yang tidak kalah utama dengan yang telah disebutkan, yaitu menjadi penyebab futuh dibukanya kepahaman. Keutamaan ini terjadi pada Habib Umar bin Idrus al-Idrus. Suatu saat ia bermimpi, seolah ia sedang menceritakan kisah kedangkalan murid-muridnya dalam memahami kitab, kemudian ada orang yang memberikan petunjuk kepadanya, bahwa penyebab terbukanya ilmu ada dalam maulid Simthud Durar. Oleh karenanya, setelah ia terbangun dari mimpinya, ia berkata مَنْ أَرَادَ الْفَتْحَ، فَلْيَحْفَظْ المَوْلِدَ أَوْ يَكْتُبَهُ Artinya, “Barang siapa yang hendak diberikan futuh, maka hafalkanlah maulid Simthud Durar, atau menulisnya.” Habib Ahmad bin Alawi bin Ali bin Muhammad Al-Habsy, At-Ta’rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, h. 5. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa maulid Simthud Durar lebih dari sekadar buku kisah keteladan Nabi. Ia memiliki keutamaan, manfaat, dan berkah. Alangkah baiknya, ia dijadikan wirid yang selalu dibaca dengan istiqamah, sebab dengan membacanya akan mengetahui sejarah Rasulullah, sifatnya yang mulia, juga akan menjadi penyebab bertambahnya kecintaan kepada beliau. Waktu dan Tata Cara Pembacaannya Tak ada waktu khusus terkait pembacaan maulid Simthud Durar. Artinya, ia boleh dibaca di mana pun selain tempat-tempat yang kotor dan kapan pun. Sedangkan teknisnya adalah sebagai berikut, 1 membaca al-Fatihah dan dihadiahkan kepada Rasulullah 2 membaca al-Fatihah dan dihadiahkan kepada Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi penyusun, lalu disambung berikut ini الفاتحة. أَنَّ اللهَ يَجْعَلُنَا مِنَ الْمُتَّقِيْنَ الثَّابِتِيْنَ عَلَى الْقَدَمِ الْقَوِيْم، وَفِي صُحْبَةِ الرَّسُوْلِ الْكَرِيْم، وَيَدْخُلُنَا فِي حِزْبِ أَهْلِ اللهِ الْمُفْلِحِيْن، وَيَمُنُّ بِالشِّفَاءِ وَاللُّطْفِ لَنَا خَاصَةً، وَلِإِخْوَانِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً وَيَجْعَلُنَا مِنَ الرَّاضِيْنَ الْمَرْضِيِيْنَ الهَادِيْنَ المَهْدِيِيْن، وَمَنْ حَضَرَ هَذَا الْجَمْعَ يَكْتُبُهُ الله مِنَ الْمُتَّقِيْنَ الصَّالِحِيْن، وَأَنَّ الله يُحْيِى الْقُلُوْبَ بِمَا أَحْيَا بِهِ قُلُوْبَ الْعَارِفِيْن، وَيَكْتُبُنَا فِي دِيْوَانِ عِبَادِهِ المُتَّقِيْن، وَيُثَبِّتُ قُلُوْبَنَا وَأَلْسِنَتَنَا عَلَى ذِكْرِهِ وَمَحَبَّتِهِ، وَاِلَى حَضْرَةِ النَّبِي صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الفاتحة... Setelah pembacaan Al-Fatihah ini selesai, ia melanjutkan tata cara berikutnya sebagaimana yang sudah tertera dalam bacaan maulid Simthud Durar. Habib Ahmad bin Alawi, At-Ta’rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, halaman 5. Wallahu a’lam bis shawab. Ustadz Sunnatullah, pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Ustaz Syed Abdillah bin Ahmad Al-Jufri 2/3/1938 – 4/1/2003 64 years of age A well-known and respected ulama, Ustaz Syed Abdillah was born on Wednesday, 2 March 1938 29 Zulhijjah 1356 in Singapore. He received his education at Madrasah Aljunied Al-Islamiah. Ustaz Syed Isa Semait, who was his contemporary, told this webmaster that Ustaz Syed Abdillah was a very intelligent student, who got promoted to a special class after the normal four years of secondary education. There were five students in his graduating cohort. Among them were Ustaz Abu Bakar Hashim and Ust Syed Isa Semait, the Mufti of Singapore. Unfortunately for Ustaz Syed Abdillah, due to lack of money, he could not afford to go overseas for his higher education. Ustaz Syed Abdillah’s command of the Arabic language gained admiration from his peers and even though he was born in Singapore, native Yemenites were always impressed with his command of colloquial and classical Arabic, as though he had been born and raised in Yemen. This is due to the fact that after school hours, he helped out his uncle’s textile shop, where the only spoken language was colloquial Yemeni Arabic. Ustaz Syed Abdillah applied for and obtained a position as a teacher with the Ministry of Education and in the early 1980s, he was tasked by the Ministry to set up the curriculum and write the textbook for Islamic Religious Knowledge. In that period this was set as a school subject, and was one of the components of Religious Studies introduced by the Ministry for the upper levels of secondary schools. Later, Ustaz Syed Abdillah worked at the Islamic Religious Council of Singapore Muis until 1997, and in 1999, he was appointed as President of the Singapore Religious Teachers and Scholars Association Pergas. In 2000, he was appointed as Principle of Madrasah Aljunied Al-Islamiah for one year. He was also one of the longest serving members of the Muis Fatwa Council, from the early 1970s to his death. A prolific writer, Ustaz Syed Abdillah authored, co-authored and translated many books and wrote numerous articles and Friday sermons. Among his published works are the following 1. Asas Agama Islam Pelajaran Tauhid & Fikah Book 1 – 6 2. Asas Agama Islam Pelajaran Akhlak & Sirah Book 1 – 6 3. Al Asas Fil Loghatil Arabiah Book 1 – 6 4. Hari Ini Dan Esok 5. Sejarah Nabi hingga kerajaan Abbasiyah 6. Ajarkan Anak-Anakmu Cintakan Rasulullah 7. Jalan Yang Dekat – Bagi Pengikut Jalan Rujuk Kepada Tuhan 8. Anugerah Tuhan – Dalam perkara kewajipan hamba kepada Tuhan 9. Anda Bertanya Saya Menjawab 10. Doa Dan Wirid 11. Pelita Al-Quran, Juz 30 12. Pelita Al-Quran, Al Baqarah 13. Pelitan Al-Quran, Al-Imran & An-Nisaa He died on Saturday, 4 January 2003 / 1 Zulqaedah 1423, at the age of 65. May Allah bless his soul.
kata mutiara habib ali al jufri